Klik

Cari Blog Ini

Get Big Money With Your Website or Blog

Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Rabu, 07 April 2010

AKU DAN SEISI RUMAHKU BERIBADAH KEPADA TUHAN (Yosua 24:1-28)


Judul yang kita baca adalah suatu komitmen. Komitmen adalah deklarasi (pernyataan tegas) atas keinginan dan janji yang harus dipenuhi dan dilaksanakan sesuai dengan apa yang dikatakan, bisa dalam bentuk ucapan verbal ataupun nonverbal (tertulis). Komitmen lahir dari dasar atau kesiapan hati yang benar dan tulus untuk memilih apa yang harus diperbuat atau dilaksanakan. Dalam konteks ini kesiapan hati yang benar untuk memilih apa yang harus diperbuat ditegaskan oleh Yosua pada Bangsa Israel. Yosua menyerukan kepada bangsanya untuk memilih 2 (dua) opsi secara tegas, beribadah kepada YHWH atau Ilah-ilah lain. Pilihan Yosua secara pribadi jatuh pada opsi pertama, yaitu memilih beribadah kepada YHWH yang juga diikuti oleh Bangsa Israel, yang diwakilkan oleh tua-tua saat itu.
Kesiapan hati yang benar untuk memilih apa yang harus diperbuat biasanya lahir dari beberapa latar belakang pengalaman. Yosua mendasarkan komitmennya pada Tuhan didasarkan pada pengalaman yang pernah ia lihat dan rasakan. Ia melihat bahwa perjanjian yang telah dideklarasikan Tuhan pada Abraham agar keturunan Abraham mendapat berkat benar-benar direalisasikan oleh Tuhan sampai pada generasinya yang mendapat Tanah Perjanjian. Untuk itu, Yosua berkata, ”Tetapi Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan (Yos. 24:15).”
Dari penegasan komitmen Yosua, yang merupakan pembaharuan perjanjian di Sikhem ini, saya menemukan ada 4 (empat) alasan mengapa Yosua dapat dengan tegas dan yakin bahwa takut akan Tuhan dan beribadah kepada-Nya dengan tulus dan setia merupakan komitmen yang tidak salah dan tidak mengecewakan, sesuai dengan pengalamannya. Alasan-alasan tersebut adalah:
Kedasyatan Perbuatan Tuhan (ay. 1-12)
Pembaharuan perjanjian di Sikhem ini dimulai dari bagaimana awalnya Tuhan memilih Bangsa Israel sebagai umat-Nya. Yosua menceritakan bagaimana kedasyatan perbuatan Tuhan atas Abraham, memilih Ishak sebagai Anak perjanjian, Yakub, penyelematan Bangsa umat Tuhan dari perbudakan Mesir, penyertaan Tuhan di padang gurun, sampai mereka merebut Tanah Perjanjian yang dipimpinnya. Semua dilakukan oleh tangan Tuhan yang dahsyat dan bukan dari kekuatan manusia (ay. 13). Pengalaman ini membuktikan bahwa tidak ada Tuhan yang dahsyat seperti Allah. Yosua telah melihat keajaiban demi keajaiban dan penyertaan Tuhan yang begitu sempurna sampai pada berakhirnya masa kepemimpinannya sebagai pengganti Musa saat itu.
Kepastian Masa Depan (ay. 13)
Perbuatan Tuhan yang dahsyat terhadap umat Pilihan Allah ini menghasilkan suatu keyakinan dalam diri Yosua bahwa bersama dengan Tuhan ada kepastian masa depan yang tidak mengecewakan. Dalam ayat 13 Yosua mengatakan bahwa seluruh Tanah perjanjian yang sudah disampaikan oleh Tuhan pada Abraham telah dinikmati oleh Bangsa Israel. Tanah yang penuh dengan susu, madu, subur dan menghasilkan buah-buah yang segar bahkan kota yang megah dan kubu-kubu (benteng) pertahanan yang kuat sudah ada di tangan mereka tanpa bersusah payah mencari dan membangunnya. Benarnya apa yang dikatakan Yeremia, Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer. 29:11)”. Tuhan Yesus juga mengatakan, ”Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yoh. 10:10).”
Kerinduan Tuhan pada Umat-Nya (ay. 14-15)
Kepastian masa depan yang penuh dengan harapan dan hidup dengan segala kelimpahan bukanlah hal yang utama yang paling ditekankan oleh Yosua. Semua pengalaman berkat itu harus sebagai tanda untuk menyadarkan pikiran dan hati bahwa takut akan Tuhan, beribadah kepada-Nya dengan tulus, ikhlas dan setia dengan menjauhkan segala ilah-ilah lain dalam hidup merupakan keinginan dan kerinduan Tuhan atas umat pilihan-Nya. Tuhan rindu bahwa berkat dan kelimpahan itu tidak menjadi bumerang bagi Bangsa Israel untuk lupa terhadap kebaikan Tuhan. Ironisnya, setelah Yosua mangkat Bangsa Israel kembali menyembah berhala dan meninggalkan Tuhan (Hak. 2:6-23).
Ketidaktaatan Menghasilkan Hukuman (ay. 19-20)
Alasan keempat Yosua untuk mengambil komitmen bersama dengan Tuhan seumur hidupnya didasarkan pada pengalaman hukuman yang dijatuhkan oleh Allah sebagai bentuk ketidak-taatan. Ketidak-seriusan hidup di dalam Tuhan adalah tindakan yang sangat fatal yang akan mengakibatkan murka Allah. Yosua mengatakan bahwa Allah yang Cemburu tidak akan mengampuni kesalahan dan dosa pada orang yang meninggalkan Tuhan. Yosua meyakini bahwa lebih baik tidak mengenal Tuhan sama sekali daripada mengenal Tuhan namun hidup yang tidak memiliki keseriusan di dalam Tuhan. Hal ini sesuai dengan ilustrasi yang mengatakan, ”panaslah jika hendak panas dan dinginlah jika hendak dingin dan jangan suam-suam kuku.” Ibrani 10:31 mengingatkan, ”Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.” Soli Deo Gloria. 
Komitmen lahir dari dasar atau kesiapan hati yang benar dan tulus untuk memilih apa yang harus diperbuat atau dilaksanakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar