Bagi sebagian orang sosok Yesus—yang lahir di kandang binatang di kota Betlehem—adalah seorang manusia biasa saja. Ia lahirkan di tempat yang tidak semestinya, karena tidak ada penginapan yang diberikan saat itu. Bukan berarti Yusuf dan Maria tidak punya uang untuk membayar penginapan, akan tetapi menurut catatan Injil Lukas demikianlah dikatakan bahwa mereka tidak mendapatkan tempat penginapan. Namun, sebagian orang yang percaya kepada nubuatan, kehadiran Yesus ke dunia adalah bentuk tersingkapnya tabir rahasia Tuhan yang beradab-abad tersembunyi. Itulah yang diungkapkan oleh Paulus kepada Jemaat di Kolose, dengan berkata, “…dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu, yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad,…yaitu; Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan! (ay. 25-28)
Mengapa pribadi Yesus menjadi kunci tersingkapnya rahasia Tuhan adalah pertanyaan penting yang harus dijawab. Sebab, Yesus bukan hanya sosok manusia 100% yang dapat dilihat dan dijamah, akan tetapi Ia juga diyakini sebagai Pribadi Allah sendiri yang adalah Owner dari seluruh ciptaan. Maksud dari tulisan ini bukanlah mendikotomikan tentang pribadi dan pekerjaan Allah dalam Perjanjian Lama (PL) atau dalam Perjanjian Baru (PB). Akan tetapi, agar kita bisa melihat maksud pernyataan Paulus tentang siapa Yesus.
Saya akan mengulang ingatan kita pada Pribadi Tuhan dalam PL. Dalam perjanjian ini tidak dimungkiri bahwa pribadi Tuhan itu sangat transendent sekali. Kendati sesekali Ia menampakkan diri dengan wujud manusia, seperti dalam kisah pergulatan Yakub dengan seseorang atau berwujud seperti malaikat, nampaknya pribadi Allah tetap tidak tersentuh. Terkecuali dalam kasus khusus yang dialami oleh Musa di Gunung Sinai. Bagi umat pilihan-Nya yaitu Israel, Allah tetap menjadi Tuhan yang jauh, tidak terlibat dalam alam, tersembunyi, “kejam”, bahkan sangat menakutkan. Sementara pekerjaan-Nya penuh dengan mujizat, kuasa, “kekerasan”, penuh dengan kejutan dan tuntutan. Dengan pribadi seperti ini Allah yang penuh kasih itu ter-image sebagai Tuhan yang tidak kompromistis. Kitab Ibrani sangat jelas mengatakan, “Tuhan adalah api yang menghanguskan” (12:29).
Image ini terus berlangsung dalam peradaban manusia berabad-abad lamanya. Tuhan yang telah berjanji akan menyelamatkan manusia dari dosa, menjadi Tuhan yang silent dan tidak berbuat apa-apa. Itu yang dirasakan oleh Bangsa Israel ketika mereka ditindas oleh bangsa-bangsa lain, seperti Negeri Babel dan Romawi bertepatan lahirnya Yesus ke bumi. Nubuatan yang dilontarkan oleh Nabi Yesaya nampaknya “bualan kosong” yang sifatnya retorika psikologis yang hanya membangkitkan harapan sementara. Kehadiran Mesias sebagai penyelamat pun menjadi jargon yang diperuntukkan kepada “orang gila” yang pesimis akan hidup. Akan tetapi, secara iman Bangsa Israel tetap mengharapkan lahirnya Sang Pembebas yang dijanjikan Tuhan, tanpa terkecuali Paulus, yang saat itu masih bernama Saulus menjabat anggota Sanhedrin dari Kaum Farisi yang fundamental.
Sayangnya sejarah berkata lain. Sang Pembebas itu lahir dari keturunan orang biasa, bahkan di Kandang Domba yang hina, yang sama sekali tidak masuk hitungan seperti nubuatan Yesaya. Yesus yang diharapkan oleh banyak orang sebagai pembebas justru menentang sebuah tradisi keagamaan yang sifatnya munafik. Seluruh kaum, kerabat dan bangsa-Nya sendiri menolak Dia, termasuk Paulus. Namun, pada perjalanan pertobatannya, paradima Paulus pribadi Allah dan pekerjaan-Nya berubah total. Tuhan yang dianggap transendent justru menjadi Tuhan yang immanent. Ia yang tidak terlihat kini menampakkan diri-Nya menjadi manusia, hadir di tengah-tengah kehidupan. Tuhan yang mengerti bahasa manusia, dapat lapar dan dahaga, sedih dan marah, bahkan yang mengerti persoalan manusia. Lebih jauh lagi, Yesus pun menjadi Tuhan yang berani mencucurkan darah-Nya, mati di Kayu Salib untuk menebus dosa manusia. Inilah maksud mengapa Paulus berkatan bahwa Pribadi Yesus adalah rahasia Tuhan yang tersembunyi berabad-abad, namun telah disingkapkan oleh Allah kepada manusia, dengan tujuan agar setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. GBU (GG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar