Setiap orang yang hidup tidak bisa terhindar dari
setiap masalah. Lambat atau cepat, dan pasti, masalah itu datang. Tidak peduli
Anda orang yang kuat secara fisik atau pun sebaliknya. Namun, hidup itu bukan
masalah. Bukan! Anda keliru. Hidup itu anugerah Tuhan. Masalah hidup itu adalah
pahe (paket hemat) dari anugerah-Nya.
Paket ini membuktikan bahwa Tuhan memberikan kepada kita segudang potensi untuk
menyikapi secara jitu setiap masalah hidup yang datang.
Ada ungkapan seperti
ini: “Dihadapan Tuhan setiap masalah sama. Tidak
ada yang besar atau kecil, sama. Yang membedakan adalah bagaimana cara
menyikapinya. Itu yang penting.” Saya kira ungkapan ini bukan hanya benar, tapi
buueennaarrr. Contohnya Paulus. Ia berkata, “Segala perkara (masalah) dapat
kutanggung di dalam Dia (Tuhan Yesus) yang memberi kekuatan kepadaku”
(Fil.4:13).
Dalam konteks ini apa
masalah Paulus? Menurut sejarah Alkitab, masalah yang paling besar dan menakutkan
secara manusiawi adalah ia terancam di hukum mati oleh pemerintahan yang tidak
senang akan pertobatannya, apalagi keberanian Paulus memberitakan Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamat. Masalah kedua adalah uang. Secara jujur Paulus memang
membutuhkan uang agar ia bisa hidup dan tetap memberitakan Injil. Salah satu
jemaatnya yang paling setia mendukungnya sebagai church planter adalah jemaat Filipi. Herannya, dalam menghadapi
masalah ini Paulus bukan tambah loyo,
tetapi ia tetap berdiri teguh dan tidak goyah sedikit pun. Apa rahasianya?
Rahasia pertama ada
dalam ayat 11, yakni: Belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Maksudnya, kata “cukup” itu terdefinisi secara tepat. Sebab, kata cukup
bagi sebagian orang sangat relative. Ada orang yang berpenghasilan 1 juta
perbulan tidak cukup untuk dirinya sendiri. Sementara ada orang yang
berpenghasilan 800 ribu per bulan, malah ia bisa membantu orang tuanya di
kampung. Jadi, apa yang beda di sini? Bedanya pengelolaan. Mengelola dengan
benar penghasilan dengan memilah-milah mana kebutuhan dan mana keinginan. Belajar
mencukupkan diri juga berbicara penerimaan hidup kita secara realistis. Tidak
sedikit orang memiliki gengsi tinggi dengan menyediakan segala fasilitas agar
dirinya dilihat orang mapan. Sayangnya, segala fasilitas itu didasari oleh
hutang. Contohnya saja kartu kredit. Kartu kredit adalah gaya hidup hutang
zaman sekarang, yang bisa membuat Anda sulit menentukan prioritas.
Sampai-sampai saya melihat ada orang bangga punya 8 kartu kredit, di beberapa
bank.
Cara jitu kedua dalam
menyikapi masalah hidup ada dalam ayat 12, yaitu mengerti apa itu kekurangan dan apa itu
kelimpahan (berlebihan). Di sini dibutuhkan sebuah pengalaman hidup. Ada anak
lahir dalam keluarga yang kaya raya. Ia hidup sangat mewah. Saking kayanya,
anak ini sudah tidak tahu sopan santun dalam menghormati orang lain. Ia
menganggap bahwa semua orang tidak se-level
dengan dia. Yang se-level dengan dia
adalah orang-orang yang kaya seperti dia, minimal orang itu selebritis yang
pernah membintangi opera sabun. Padahal, ia tidak tahu bahwa kedua orangtuanya
sudah banting tulang agar bisa kaya raya. Kepala jadi kaki, kaki jadi kepala,
agar bisa sukses dan berkelimpahan harta. Orang
seperti ini tidak bisa bertahan dalam penderitaan yang bisa datang kapan saja. Tidak
heran, banyak anak orang sukses malah bunuh diri karena tidak bisa menerima
orang tuanya yang sudah bangkrut. Ironis bukan?
Memiliki buah dari
pertobatan adalah rahasia ketiga agar kita bisa menyikapi masalah hidup dengan
benar. Dalam ayat 17 buah dari pertobatan itu adalah punya hati memberi dan
saling bantu. Paulus bukan melihat dari jumlah persembahan (uang) yang
diberikan jemaat Filipi untuknya. Tetapi, yang dibanggakan Paulus adalah bahwa
jemaat Filipi yang digembalakannya dengan kasih, mengaplikasikan imannya yang
bertumbuh. Seluruh jemaat dengan senang hati merelakan sebagian hartanya untuk
membatu gembalanya yang melakukan perjalanan misi. Dengan kata lain, persembahan
yang berkenan pada Tuhan bukanlah dilihat dari jumlah, tetapi kerelaan hati
seseorang itu dalam mempersembahkannya.
Cara jitu terakhir
dalam menghadapi masalah hidup adalah bersandar penuh pada kuasa Tuhan. Ayat 19
berkata, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan
kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” Artinya, Paulus sangat tahu persis bahwa
Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang setia pada-Nya. Pengalaman hidupnya
membuktikannya. Bahkan, dengan berani Paulus mengatakan, “Karena bagiku hidup
adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan” (Fil.1:21). Halleluyah. (GG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar