Klik

Cari Blog Ini

Get Big Money With Your Website or Blog

Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Rabu, 07 April 2010

Tekhnik Jitu Menghadapi Masalah Hidup

Setiap orang yang hidup tidak bisa terhindar dari setiap masalah. Lambat atau cepat, dan pasti, masalah itu datang. Tidak peduli Anda orang yang kuat secara fisik atau pun sebaliknya. Namun, hidup itu bukan masalah. Bukan! Anda keliru. Hidup itu anugerah Tuhan. Masalah hidup itu adalah pahe (paket hemat) dari anugerah-Nya. Paket ini membuktikan bahwa Tuhan memberikan kepada kita segudang potensi untuk menyikapi secara jitu setiap masalah hidup yang datang.
Ada banyak masalah hidup. Salah duanya adalah tentang ekonomi—makanan, minuman, pakaian, pekerjaan, karier—dan sakit penyakit. By the way, sedikit sekali masalah kerohanian, seperti tentang kepastian keselamatan, menjadi suatu prioritas hidup banyak orang. Mereka tidak tahu bahwa hidup 70 tahun di bumi adalah gladiresik menuju pada kehidupan yang kekal nantinya.
Ada ungkapan seperti ini: “Dihadapan Tuhan setiap masalah sama. Tidak ada yang besar atau kecil, sama. Yang membedakan adalah bagaimana cara menyikapinya. Itu yang penting.” Saya kira ungkapan ini bukan hanya benar, tapi buueennaarrr. Contohnya Paulus. Ia berkata, “Segala perkara (masalah) dapat kutanggung di dalam Dia (Tuhan Yesus) yang memberi kekuatan kepadaku” (Fil.4:13).
Dalam konteks ini apa masalah Paulus? Menurut sejarah Alkitab, masalah yang paling besar dan menakutkan secara manusiawi adalah ia terancam di hukum mati oleh pemerintahan yang tidak senang akan pertobatannya, apalagi keberanian Paulus memberitakan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Masalah kedua adalah uang. Secara jujur Paulus memang membutuhkan uang agar ia bisa hidup dan tetap memberitakan Injil. Salah satu jemaatnya yang paling setia mendukungnya sebagai church planter adalah jemaat Filipi. Herannya, dalam menghadapi masalah ini Paulus bukan tambah loyo, tetapi ia tetap berdiri teguh dan tidak goyah sedikit pun. Apa rahasianya?
Rahasia pertama ada dalam ayat 11, yakni: Belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Maksudnya, kata “cukup” itu terdefinisi secara tepat. Sebab, kata cukup bagi sebagian orang sangat relative. Ada orang yang berpenghasilan 1 juta perbulan tidak cukup untuk dirinya sendiri. Sementara ada orang yang berpenghasilan 800 ribu per bulan, malah ia bisa membantu orang tuanya di kampung. Jadi, apa yang beda di sini? Bedanya pengelolaan. Mengelola dengan benar penghasilan dengan memilah-milah mana kebutuhan dan mana keinginan. Belajar mencukupkan diri juga berbicara penerimaan hidup kita secara realistis. Tidak sedikit orang memiliki gengsi tinggi dengan menyediakan segala fasilitas agar dirinya dilihat orang mapan. Sayangnya, segala fasilitas itu didasari oleh hutang. Contohnya saja kartu kredit. Kartu kredit adalah gaya hidup hutang zaman sekarang, yang bisa membuat Anda sulit menentukan prioritas. Sampai-sampai saya melihat ada orang bangga punya 8 kartu kredit, di beberapa bank.
Cara jitu kedua dalam menyikapi masalah hidup ada dalam ayat 12, yaitu  mengerti apa itu kekurangan dan apa itu kelimpahan (berlebihan). Di sini dibutuhkan sebuah pengalaman hidup. Ada anak lahir dalam keluarga yang kaya raya. Ia hidup sangat mewah. Saking kayanya, anak ini sudah tidak tahu sopan santun dalam menghormati orang lain. Ia menganggap bahwa semua orang tidak se-level dengan dia. Yang se-level dengan dia adalah orang-orang yang kaya seperti dia, minimal orang itu selebritis yang pernah membintangi opera sabun. Padahal, ia tidak tahu bahwa kedua orangtuanya sudah banting tulang agar bisa kaya raya. Kepala jadi kaki, kaki jadi kepala, agar bisa sukses dan berkelimpahan harta. Orang seperti ini tidak bisa bertahan dalam penderitaan yang bisa datang kapan saja. Tidak heran, banyak anak orang sukses malah bunuh diri karena tidak bisa menerima orang tuanya yang sudah bangkrut. Ironis bukan?     
Memiliki buah dari pertobatan adalah rahasia ketiga agar kita bisa menyikapi masalah hidup dengan benar. Dalam ayat 17 buah dari pertobatan itu adalah punya hati memberi dan saling bantu. Paulus bukan melihat dari jumlah persembahan (uang) yang diberikan jemaat Filipi untuknya. Tetapi, yang dibanggakan Paulus adalah bahwa jemaat Filipi yang digembalakannya dengan kasih, mengaplikasikan imannya yang bertumbuh. Seluruh jemaat dengan senang hati merelakan sebagian hartanya untuk membatu gembalanya yang melakukan perjalanan misi. Dengan kata lain, persembahan yang berkenan pada Tuhan bukanlah dilihat dari jumlah, tetapi kerelaan hati seseorang itu dalam mempersembahkannya.
Cara jitu terakhir dalam menghadapi masalah hidup adalah bersandar penuh pada kuasa Tuhan. Ayat 19 berkata, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” Artinya, Paulus sangat tahu persis bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang setia pada-Nya. Pengalaman hidupnya membuktikannya. Bahkan, dengan berani Paulus mengatakan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan” (Fil.1:21). Halleluyah. (GG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar