Karya Jerry White yang berjudul The Power of Commitment adalah inspirasi
dari tulisan ini. White begitu jelas memaparkan tentang sebuah kuasa dari
penyerahan diri yang harus diputuskan oleh mereka yang mengaku dirinya orang
Kristen. Penyerahan diri pada kehidupan pribadi, rohani, dan sampai bagaimana
cara mempraktekkannya. Namun, dalam tulisan ini tidaklah membahas seluruh apa
yang dipaparkan White. Di sini saya mencoba mempertajam kembali kekuatan sebuah
penyerahan diri yang dilakukan Yesus pada Allah, di mana Ia harus mengambil
keputusan untuk menggenapi big plane
keselamatan yang sudah dirancangkan jauh sebelum Yesus menjadi manusia.
Di dalam Alkitab penyerahan diri dapat
didefinisikan dalam beberapa istilah, yaitu
“bernazar”, “memutuskan”, “memilih”, “berjanji”, “menyerahkan (diri
secara utuh kepada).” Dalam konteks yang dilakukan oleh Yesus ketika Ia berdoa
di Taman Getsemani—sebelum kematian-Nya—penyerahan diri Yesus adalah
“menyerahkan seluruh kepenuhan-Nya sebagai Tuhan dan Manusia Sejati pada
Bapa-Nya untuk mati dan memberikan nyawa-Nya. Yesus mengatakan, “Ya Bapa-Ku,
Jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi
janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Kalimat permintaan ini diajukan oleh Yesus pada Bapa-Nya sampai 3x. Kendati
sampai 3x Yesus mengajukan penawaran untuk pending
terhadap rencana Allah Bapa, Ia tetap memutuskan untuk memberikan hak preogatif
Bapa terhadap diri-Nya. Inilah yang saya katakan kekuatan sebuah penyerahan
diri. Yaitu, menyerahkan diri secara total pada kehendak Allah tanpa ada
argumentasi dan mempertahankan hak. Maksudnya, jika Yesus mau, Ia dapat
membatalkan rencana Allah untuk tidak “meminum cawan” kematian-Nya. Ia bisa
saja memusnahkan dunia ini dengan api dan belerang, seperti Sodom dan Gomorah.
Akan tetapi, Yesus tidak melakukan itu. Ia menyerahkan diri secara mutlak pada
Allah hanya karena kita, manusia berdosa (Gal. 1:4)
Kekuatan kedua dari sebuah penyerahan diri
adalah berkaitan dengan iman. Ini merupakan dampak dari keputusan total Yesus.
Iman, pisteou yang dapat
diterjemahkan sebagai dasar dari pengharapan merupakan pemberian Allah. Efesus
2:8 mengatakan, “Sebab karena KASIH KARUNIA kamu diselamatkan oleh IMAN; itu
bukan HASIL USAHAmu, tetapi PEMBERIAN ALLAH.” Artinya, tanpa adanya penyerahan
diri tidak ada kepercayaan. Iman adalah kepercayan yang diberikan oleh Allah
untuk semua manusia yang memandang salib Kristus. Sederhananya, manusia berdosa
harus menanggapi kepercayaan itu dengan menyerahkan dirinya secara total kepada
Tuhan jika ia hendak diselamatkan.
Kesetiaan untuk tidak berpaling pada Allah
adalah kekuatan ketiga dari sebuah penyerahan diri. Kesetiaan adalah dengan
terus menerus untuk tetap mempertahankan sebuah hubungan yang harmonis, dengan
cara menyenangkan “Sang Kekasih” kita, yaitu Yesus Kristus. Hal inilah yang
dilakukan oleh Yesus ketika Bapa-Nya meminta Diri-Nya untuk menjadi DOMBA PASKAH
ALLAH yang akan dikorbankan. Yesus memilih untuk setia dan mentaati-Nya sebagai
bentuk cinta-Nya kepada Bapa. Contoh inilah yang diberikan Yesus kepada kita
untuk tetap setia dan menjadi kekasih-kekasih yang terus menerus menantikan
SANG MEMPELAI LAKI-LAKI. (GG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar