Klik

Cari Blog Ini

Get Big Money With Your Website or Blog

Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Selasa, 06 April 2010

Kekuatan Sebuah Penyerahan Diri

     Karya Jerry White yang berjudul The Power of Commitment adalah inspirasi dari tulisan ini. White begitu jelas memaparkan tentang sebuah kuasa dari penyerahan diri yang harus diputuskan oleh mereka yang mengaku dirinya orang Kristen. Penyerahan diri pada kehidupan pribadi, rohani, dan sampai bagaimana cara mempraktekkannya. Namun, dalam tulisan ini tidaklah membahas seluruh apa yang dipaparkan White. Di sini saya mencoba mempertajam kembali kekuatan sebuah penyerahan diri yang dilakukan Yesus pada Allah, di mana Ia harus mengambil keputusan untuk menggenapi big plane keselamatan yang sudah dirancangkan jauh sebelum Yesus menjadi manusia.
     Di dalam Alkitab penyerahan diri dapat didefinisikan dalam beberapa istilah, yaitu  “bernazar”, “memutuskan”, “memilih”, “berjanji”, “menyerahkan (diri secara utuh kepada).” Dalam konteks yang dilakukan oleh Yesus ketika Ia berdoa di Taman Getsemani—sebelum kematian-Nya—penyerahan diri Yesus adalah “menyerahkan seluruh kepenuhan-Nya sebagai Tuhan dan Manusia Sejati pada Bapa-Nya untuk mati dan memberikan nyawa-Nya. Yesus mengatakan, “Ya Bapa-Ku, Jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Kalimat permintaan ini diajukan oleh Yesus pada Bapa-Nya sampai 3x. Kendati sampai 3x Yesus mengajukan penawaran untuk pending terhadap rencana Allah Bapa, Ia tetap memutuskan untuk memberikan hak preogatif Bapa terhadap diri-Nya. Inilah yang saya katakan kekuatan sebuah penyerahan diri. Yaitu, menyerahkan diri secara total pada kehendak Allah tanpa ada argumentasi dan mempertahankan hak. Maksudnya, jika Yesus mau, Ia dapat membatalkan rencana Allah untuk tidak “meminum cawan” kematian-Nya. Ia bisa saja memusnahkan dunia ini dengan api dan belerang, seperti Sodom dan Gomorah. Akan tetapi, Yesus tidak melakukan itu. Ia menyerahkan diri secara mutlak pada Allah hanya karena kita, manusia berdosa (Gal. 1:4)
     Kekuatan kedua dari sebuah penyerahan diri adalah berkaitan dengan iman. Ini merupakan dampak dari keputusan total Yesus. Iman, pisteou yang dapat diterjemahkan sebagai dasar dari pengharapan merupakan pemberian Allah. Efesus 2:8 mengatakan, “Sebab karena KASIH KARUNIA kamu diselamatkan oleh IMAN; itu bukan HASIL USAHAmu, tetapi PEMBERIAN ALLAH.” Artinya, tanpa adanya penyerahan diri tidak ada kepercayaan. Iman adalah kepercayan yang diberikan oleh Allah untuk semua manusia yang memandang salib Kristus. Sederhananya, manusia berdosa harus menanggapi kepercayaan itu dengan menyerahkan dirinya secara total kepada Tuhan jika ia hendak diselamatkan.
     Kesetiaan untuk tidak berpaling pada Allah adalah kekuatan ketiga dari sebuah penyerahan diri. Kesetiaan adalah dengan terus menerus untuk tetap mempertahankan sebuah hubungan yang harmonis, dengan cara menyenangkan “Sang Kekasih” kita, yaitu Yesus Kristus. Hal inilah yang dilakukan oleh Yesus ketika Bapa-Nya meminta Diri-Nya untuk menjadi DOMBA PASKAH ALLAH yang akan dikorbankan. Yesus memilih untuk setia dan mentaati-Nya sebagai bentuk cinta-Nya kepada Bapa. Contoh inilah yang diberikan Yesus kepada kita untuk tetap setia dan menjadi kekasih-kekasih yang terus menerus menantikan SANG MEMPELAI LAKI-LAKI. (GG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar