Alkitab adalah catatan yang lengkap dalam membahas tentang kehidupan manusia. Ada yang sangat jelas dibahas, ada pula memakai sebuah tipologi (tipe/lambang). Contoh: Yesus dilambangkan seperti Singa dari Yehuda. Sama hal dengan iblis yang dilambangkan seperti singa yang mengaum-aum mencari mangsa. Apakah Yesus dan iblis sama derajatnya? Tentu kita harus hati-hati dalam menafsirkannya. Yesus tidak sama dengan iblis. Ini hanya tipologi. Yesus dilambangkan seperti singa karena binatang ini adalah raja hutan yang tak terkalahkan. Artinya, Ia tak terkalahkan. Sedangkan iblis seperti singa yang mengaum-aum artinya, ia mengintai bagi siapa saja yang tidak berjaga-jaga akan menjadi mangsanya.
Salah satu tipologi yang dibahas di sini adalah KIRBAT. Tempat, seperti kantong, kulit ini pertama kali disebutkan dalam kisah Abraham. Saat itu Abraham mengusir Hagar (gundiknya) dan Ismael untuk pergi jauh meninggalkannya, sambil membawa perbekalan hidup, salah satunya adalah kirbat (Kej. 21:14). Diketahui bahwa fungsi kantong ini dipakai untuk menyimpan 3 jenis minuman. Yakni: air, anggur dan susu (1 Sam.1:24). Dalam Matius 9:14-17 kantong kulit ini kembali dibahas oleh Yesus. Namun, dalam pembahasannya Yesus tidak sekadar menyatakan fungsi kirbat itu sendiri, melainkan ada makna yang mendalam untuk dicermati. Sebab, tipologi ini dikaitkan dengan tentang bagaimana murid-murid-Nya memahami tentang makna puasa.
Jika kita membaca secara seksama, Yesus hendak mengatakan bahwa murid-murid-Nya tidak perlu berpuasa karena Ia masih ada bersama-sama dengan mereka. Artinya, selama Yesus belum menyelesaikan misi-Nya untuk mati di Kalvari, semua perbuatan baik manusia yang sifatnya askese (tindakan penyucian diri) adalah bentuk kemunafikan di hadapan Tuhan. Mengapa? Karena manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Tuhan. Untuk itu Yesus melanjutkan, “Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” Artinya, Yesus akan dibunuh, mati, mencurahkan darah-Nya untuk tebus dosa manusia. Pada hari ke-3 bangkit dan naik ke sorga, itulah makna dari diambilnya mempelai laki-laki (gambaran Yesus) dari dunia ini. Pada saat misi ini selesai, barulah semua murid berpuasa. Artinya, saatnya para murid ‘mempuasakan’ (berubah secara total) hidupnya dari segala dosa karena Tuhan telah mencurahkan pengampunan-Nya.
Mempuasakan diri dari segala dosa ini ditipologikan Yesus dengan kirbat yang disinggung di atas. Yesus mengatakan bahwa hidup manusia yang penuh dengan dosa seperti sebuah kantong kulit (kirbat) yang tua dan sobek. Kantong ini tidak dapat menampung anggur yang baru, melambangkan kehidupan Yesus itu sendiri. Jadi, harus kirbat yang baru—kehidupan manusia yang sudah menerima keselamatan dan lahir baru—yang dapat menampung Anggur yang Baru (Tuhan Yesus). Dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya. Dengan kata lain, dalam konteks ini ada 3 makna yang perlu dipertegas:
Pertama, Anggur Baru tidak akan pernah bersatu dalam kirbat yang lama. Artinya, Yesus tidak akan dapat diam dan hidup dalam kehidupan lama kita yang penuh dengan dosa, manipulasi dan kemunafikan. Jika hal ini dipaksakan, maka akibatnya kirbat itu akan rusak. Artinya, hidup kita akan babak belur dalam mengikuti Tuhan. Grafik kehidupan kita bukan tambah naik, tetapi stagnasi bahkan terus menurun. Kita bahkan menginjak-injak Roh kasih karunia seperti penjelasan Ibrani 10:26-31.
Yang kedua, kirbat yang baru akan terpelihara dengan Anggur Baru. Di sini ada sinergisitas. Artinya, kehidupan dalam kelahiran baru akan terus dipelihara oleh Tuhan. Bahkan, sinergisitas (hubungan timbal-balik) seperti ayah dan anak akan terjalin dalam hidup kita. Untuk itu, Yesus mengajarkan tentang doa Bapa Kami kepada kita semua.
Terakhir, kirbat yang baru melambangkan sebuah penghiburan. Mzm 56:8-9 menjelaskan tentang penderitaan Daud akibat dirinya ditangkap oleh orang Filistin. Daud sangat percaya bahwa sumber pertolongannya hanya pada Tuhan. Bahkan, Tuhan sudah menampung airmatanya di Kirbat Tuhan. Artinya, bahwa Tuhan dapat kita andalkan. Ketika kita sedih, Ia hiburkan. Ketika susah, Ia beri damai sejahtera. Ketika lemah, Ia kuatkan. Bahkan, ketika kita jatuh, Ia beri kekuatan untuk bangkit dan menjadi pemenang.
Singkatnya, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan yang baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Halleluyah. (GG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar