Klik

Cari Blog Ini

Get Big Money With Your Website or Blog

Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Kamis, 08 April 2010

Tunduk Tanpa Menanduk (Ibrani 4:14-5:1-10)



             Berbicara tentang ketaatan, tidak ada yang bisa mengimbangi apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Dengan penuh kesadaran Ia tetap taat ketika diperhadapkan dengan kematian. Ketaatan inilah yang diajarkan-Nya kepada murid-murid-Nya untuk dilaksanakan. Sayangnya banyak dari kita, murid-murid-Nya, yang telah merasakan kasih karunia dari Tuhan sulit untuk merealisasikannya.
              Ketaatan adalah menjalankan sebuah perintah dari “atasan” yang dianggap berotoritas dan dipercayai dengan segenap hati, tanpa tedeng aling-aling. Sama seperti seorang budak belian yang tidak punya hak atas majikannya. Bagi seorang budak, tuannya adalah raja bagi dirinya. Setiap apa yang keluar dari mulut tuannya, itu adalah sebuah hukum wajib untuk dilakukan. Sama halnya kita dengan Tuhan. Ia adalah Raja dari segala raja dan Tuhan dari segala tuan, dan kita adalah hamba yang sudah ditebus dari “cengkraman iblis” menuju terang Tuhan yang ajaib.
Tuhan menginginkan setiap umat-Nya untuk taat kepada-Nya. Realitanya, ketaatan ini sulit kita lakukan karena banyaknya alasan-alasan yang tidak perlu. Alasan-alasan apakah itu? Setidaknya, ada 4 (empat) alasan mengapa kita sulit untuk taat. Pertama, banyaknya pilihan-pilihan. Seseorang sulit untuk taat karena banyaknya sebuah tawaran yang masuk dalam pikirannya mengenai sebuah pilihan. Contoh: di kota Jakarta kemungkinan k/l  ada 1.000 gereja yang tersebar dan berdiri. 40% dari angka itu adalah gereja-gereja besar, yang menawarkan segala fasilitas yang mewah dan nyaman, misalnya: ruang ibadah yang memakai Air Conditioner (AC), adanya snack gratis, bahkan pengkhotbah yang melayani mimbar pun terkadang diimport dari luar negeri. Bukan rahasia umum lagi bahwa banyak jemaat gereja kota Jakarta adalah  Jemaat Ala Resto yang GKJ (Gereja Keliling Jakarta). Tipe jemaat seperti ini boro-boro untuk diajak komitmen, taat kepada gembala sidangnya sendiri saja alahuwallam. Sangat berbeda dengan Yesus. Ayat 14-16 dijelaskan bahwa walaupun Ia adalah Anak Allah, yang mampu dan punya pilihan untuk tidak mau menderita karena Salib, Ia tetap menjalankan perintah Bapa-Nya. Bahkan, ketika Ia dicobai oleh Iblis, Ia memilih untuk taat kepada Allah dan tidak berbuat dosa.
Selanjutnya, belum merasakan kasih karunia Tuhan (ay. 16) adalah alasan kedua mengapa seseorang sulit untuk taat. Maksudnya, banyak dari kita datang dalam Ibadah Gerejawi hanya punya satu motivasi agar telinga kita disenangkan dengan “lelucon-lelucon” khotbah yang disampaikan  di mimbar. Seperti apa yang pernah disampaikan oleh Yesus pada banyak orang yang mengikuti Dia. Yesus menegur dengan keras bahwa banyak orang yang mengikuti Dia karena makanan dan mujizat (kesembuhan), bukan merasakan kasih karunia, yaitu mengenal Tuhan lebih dalam dan benar. Tidak heran, orang seperti ini alih-alih untuk taat, kepercayaannya kepada Tuhan pun perlu dipertanyakan.
Kemudian, alasan kita sulit untuk taat adalah merasa diri kita paling benar. Pasal 5:1-6 menunjukkan ciri-cirinya, yakni: Sulit untuk berubah. Padahal ayat 1 menekankan adanya penyerahan diri dan pengakuan dosa. Sulit untuk memahami orang lain. Padahal, ayat 2-3 menekankan kita sendiri penuh dengan kelemahan. Mencari hormat. Padahal, ayat 4-6 memberikan contoh bahwa Yesus menjadi taat bukan karena mencari hormat, tetapi karena Ia mencintai Allah dengan sepenuh hati.
Tidak menyukai kegiatan gerejawi adalah alasan terakhir mengapa seseorang sulit untuk taat. Kegiatan-kegiatan gerejawi itu adalah Berdoa Bersama, Pendalaman Alkitab, KOMSEL (Komunitas Sel), Pelayanan Misi dan Masyarakat, dll. Baginya, kegiatan gerejawi ini sangat menyita waktu. Tidak ada waktu adalah alasan kosong yang sering diungkapkannya. Sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yesus. Pasal 5:7 memberikan contoh bahwa Yesus selama hidup selalu mempersembahkan doa dengan ratap tangis bagi banyak orang kepada Tuhan, sambil menyerahkan diri-Nya secara total untuk pekerjaan Tuhan.
Setelah menyadari bahwa 4 alasan ini seringkali membuat kita tidak taat pada pemimpin gerejawi, dalam hal ini gembal sidang, dan khususnya Tuhan, marilah kita berubah. Tuhan menginginkan kita taat bagi kemuliaan-Nya. (GG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar